SENSITOMETRY
Pada awal perkembangannya, sensitometri
diperkenalkan pertama kali pada abad ke 19 untuk mengevaluasi performance
material fotografik.
Pengertian
sensitometri
Pengertian sensitometri menurut beberapa sumber :
1) Pada bidang radiofotografi, Sensitometri adalah
metode mengukur karakteristik respon film terhadap radiasi, baik dari cahaya
tampak atau sinar X.
2) Istilah sensitometry berasal dari kata"sensitivity"
and "metry"(pengukuran). Awalnya, ini dimaksudkan sebagai
pengukuran sensitivitas dari bahan fotosensitif terhadap cahaya. Saat ini, hal
itu dimaksudkan berbagai karakteristik (seperti sensitivitas dan kontras) dari
bahan fotosensitif dengan penggunaan kurva karakteristik.
3) Sensitometri adalah metode mengukur karakteristik
respon film terhadap radiasi baik dari cahaya tampak atau sinar X.
Caranya film diekspose dengan sinar X atau cahaya tampak dengan nilai eksposi
tertentu untuk menghasilkan serial densitas, kemudian film di proses dan hasil
densitasnya diukur dengan densitometer dan dibuat sebuah kurva yang dikenal
dengan kurva karakteristik.
Sensitometri diukur menggunakan kurva
karakteristik. Kurva karakteristik juga biasa disebut kurva D log E yaitu kurva
yang menunjukkan hubungan antara log eksposure dengan besarnya densitas pada
radiograf. Nama lain kurva karakteristik adalah kurva “Hurter and Driffield”
karena mereka berdua yang menemukan pertama kurva k karakteristik.
Gambar
Kurva Karakteristik.
Kurva karakteristik merupakan kurva grafik yang memperlihatkan hubungan
antara sejumlah eksposi dengan hasil densitas pada film. Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun 1890. Maka dari itulah kurva ini biasanya disebut dengan kurva H dan D atau
biasanya juga disebut kurva D log E. Bentuk kurva tergantung dari cara membuat
film, penyimpanan dan pengolahannya. Kurva karakteristik terdiri
dari empat bagian yaitu:
Tingkat
Kabut (A-B)
ü Tingkat kabut merupakan daerah dengan densitas rendah.
ü Densitas hampir tak tergantung dari eksposi.
ü Sebagian besar dari penghitaman yang timbul dikarenakan oleh sebab yang
tidak berhubungan dengan eksposi, misalnya karena penyerapan cahaya oleh
lapisan film, terutama pada lapisan dasar (base).
ü Densitas awal (fog level) selalu ada, meskipun telah disinar dengan
sejumlah radiasi tertentu dan ditambah dengan densitas yang ada dari hasil
eksposi tersebut.
ü Daerah
penghitaman atau densitas awal ini digambarkan sebagai garis horisontal (A-B).
Daerah Jari
Kaki (toe)
ü Densitas di daerah ini lebih besar sedikit dari tingkat kabut dan
menunjukkan efek eksposi dan disebut dengan eksposi ambang.
ü Pada daerah ini densitas naik secara perlahan dari 0,1 pada B sampai
sekitar 0,4 pada C.
ü Rentang densitas ini menunjukan daerah terang dari radiografi.
Daerah Garis
Lurus (Stright line)
ü Bagian ini adalah daerah yang terpenting dari film radiografi.
ü Dalam jangka waktu eksposi ini densitas berbanding lurus dengan log eksposi
yang berarti perkalian eksposi dengan faktor yang sama akan menambah densitas
dengan jumlah yang sama.
Daerah Bahu
(Shoulder) (D - E)
ü Pada daerah D ini merupakan daerah yang mempunyai densitas maksimum dari
film radiografi.
Daerah
Solarisasi (E)
ü Daerah E dan seterusnya merupakan daerah solarisasi yang apabila diberi
eksposi akan menyebabkan penurunan densitas film
TEKNIK MEMBACA KURVA KARAKTERISTIK
Ketebalan dasar film (base film thickness)
ð Untuk mendapatkan nilai ini, sebaiknya tidak mencuci film dengan developer.
ð Karena penghitaman pasti akan ada disebabkan karena banyak faktor.
ð Biasanya jika ingin mengukur kehitamannya maka film dimasukkan langsung ke
dalam fixer, sehingga terjadi clearing total dan akan menambahkan densitas
sebesar 0.05 - 0.1 dalam bentuk fog density RR. Charlton, (1992).
ð Menurutnya nilai OD dari ketebalan dasar film besarnya berkisar 0.05 - 0.1,
sedangkan menurut VD. Plats (1996) tidak lebih dari 0.06 OD sedangkan untuk
blue base mencapai 0.2 OD.
ð Tetapi nilai ini dalam aplikasinya tidak dihitung tersendiri, melainkan
disatukan dengan basic fog (fog dasar).
Basic Fog (basic plus fog)
ð Untuk mendapatkan nilai ini, biasanya pada lapisan ini benar-benar
dihindari terjadinya eksposi akibat sensitometri.
ð Sehingga jika kita menggunakan step wedge maka ada blok dengan timbal.
ð Dan ketika sedang memproses sebaiknya tidak menggunakan safe light. Nilai toleransi yang diperkenankan antara 0.10 dan tidak boleh lebih dari 0.22
(Charlton, 1992).
Daerah Toe (tumit)
ð Pada daerah ini film dipengaruhi oleh phenidone, dan di sini awal
terjadinya proses pembangkitan film radiografi.
ð Saat ini
film mengalami peningkatan densitas.
Daerah Straight Line (garis lurus)
ð Daerah ini juga disebut gamma film.
ð Ini merupakan garis lurus kurva antara toe dengan shoulder.
ð Daerah ini dinamakan garis lurus, karena film bekerja secara progresif
linier dalam daerah yang luas.
ð Nilai OD pada awalnya berkisar 0.25 sampai 0.5 dan daerah tingginya
berkisar 2.0 - 3.0 OD.
ð Menurut Charlton (1992) daerah ideal yang biasa digunakan pada radiodiagnostik
(useful range density) adalah berkisar 0.5 - 1.25 sedangkan menurut Chesney
(1984) sebesar 0.25 - 2.0, daerah yang sulit dianalisis yaitu 2.5 - 3.0,
sedangkan daerah yang tidak terkena ekposi total adalah 2.3 - 3.0.
Daerah Shoulder
(bahu)
ð Daerah ini dinamakan bahu karena bentuknya seperti bahu yang landai.
ð Daerah ini berakhir pada daerah solarisasi.
Daerah D-Max
(densitas maksimal) atau puncak
ð Daerah ini merupakan suatu titik balik, yaitu perilaku film yang
densitasnya bertambah kemudian membalik menjadi kecil.
ð Menurut Charlton (1992) pada daerah ini film telah mendapat eksposi yang
banyak (sesuai kapasitas film), sehingga ion perak halida sudah terpenuhi
dengan maksimal, sehingga sudah tidak dapat menerima sejumlah elektron lagi.
ð Dan seandainya eksposi (elektron) ditambahkan, maka yang terjadi pelepasan
elektron dari perak halida.
Daerah Solarisasi
ð Yaitu
merupakan daerah anti klimaks, ketika penambahan-penambahan sejumlah emulsi
justru akan menyebabkan penurunan jumlah densitasnya.
ANALISIS KURVA KARAKTERISTIK
Daerah kabut
(fog): A ↔ B
ð Tidak
tergantung dari besarnya eksposi
ð Tergantung
dari penyimpanan film
ð Densitas
dari base film
ð Di atas
densitas fog à densitas akibat eksposi
Daerah tumit
(toe): B ↔ C
ð Daerah
eksposi ambang
ð Daerah
terang (opasitas)
ð Daerah awal
terjadinya penghitaman akibat eksposi
ð Besarnya:
0,1 – 0,4.
Daerah garis
lurus (straight line): C ↔ D
ð Daerah
signifikan dari film radiografi
ð Densitas
berbanding lurus dengan eksposi
ð Kemiringan
kurva (slope)
ð Perbedaan densitas maksimum dari eksposi yang
berbeda àgamma film
Daerah bahu (shoulder): D ↔ E
ð Daerah
sangat hitam D = 3 – 4
ð Daerah
radiografi paru
ð Daerah
kelebihan eksposi
Kurva karakteristik dibuat dengan cara film
diekspose dengan sinar X atau cahaya tampak dengan nilai eksposi tertentu untuk
menghasilkan serial densitas, kemudian film di proses dan hasil densitasnya
diukur dengan densitometer dan dibuat sebuah kurva yang dikenal dengan kurva
karakteristik
PENGERTIAN DENSITAS
Densitas dapat didefinisikan sebagai
jumlah atau tingkat kehitaman pada film. Densitas merupakan dasar dalam
pengukuran dari sensitometri. Densitas dapat diperoleh dengan menurunkan dua
perbandingan sederhana, insiden cahaya (I) dan cahaya yang ditransmisikan (T).
Tidak ada cahaya trasnmitting bahan benar-benar transparan, sehingga terang
selalu diserap dalam bagian melalui materi.
Rasio transmisi : It/Io X 100%
It = cahaya yang diteruskan
Io= cahaya mula-mula
Opasitas
Opasitas adalah perbandingan antara intensitas cahaya mula-mula dengan
intensitas cahaya yang diteruskan
Opasiti
: Io/It
Io =
intensitas cahaya mula-mula.
It =
intensitas cahaya pada tempat yang sama setelah melewati film.
1
|
2
|
3
|
||||
Transmisi
|
10 %
|
1 %
|
0.1 %
|
|||
Opasitas
|
10
|
100
|
1000
|
|||
Silver
Weight
|
X
|
2X
|
3X
|
Gambar 4.1. Densitas: hubungan
antara silver weight, opasitas dan transmisi
Opasitas
|
OD number
|
Percentace
of light transmitted through the film
|
1
2
4
8
10
20
40
80
100
200
400
800
1000
2000
4000
8000
10000
|
0.0
0.3
0.6
0.9
1.0
1.3
1.6
1.9
2.0
2.3
2.6
2.9
3.0
3.3
3.6
3.9
4.0
|
100
50
25
12.5
10
5
2.5
1.25
1
0.5
0.25
0.125
0.1
0.05
0.025
0.0125
0.01
|
Tabel 4.1 : Contoh opasitas,
optikal densiti, dan persentase dari transmisi cahaya
Dari tabel 1 diatas terlihat contoh dari perhitungan opasitas, optikal
densiti, dan persentase dari transmisi cahaya lebih jelas.
Langkah langkah dalam pembuatan kurva
karakteristik pada dasarnya hanya ada 3 langkah yaitu:
•
EKSPOSI DAN PROCESING FILM
•
MENGUKUR DENSITAS YG DIHASILKAN
•
PLOTTING KURVA
Seri Eksposi Sensitometri ada 2 (dua) metode yaitu :
1. Time Scale Sensitometry
· Pada metode ini tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) tetap
yang diubah waktunya (s).
· Tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan jarak (FFD) tetap
· Waktu eksposi selalu divariasi oleh faktor 2.
· Dilakukan 11 kali eksposi yang diperlukan untuk membuat plot titik pada
kurva karakteristik sehingga didapatkan grafik yang baik.
Keuntungan :
· Waktu
dapat diketahui
·
Memungkinkan film dengan densitas yang rendah pada
saat masuk pada processor terjadi “reducing bromide drag” sehingga mengurangi
terjadinya streak artefak pada film.
Kerugian :
· Eksposi
dilakukan secara kontinyu dimulai dengan 0.1 s dan dilanjutkan dengan
0.2, 0.4, 0.8, 1.6, 3.2, 6.4,12.8, 25.6, 51.2, 102.4 --- diperlukan timer
khusus pada meja
· kontrol
sinar-X
· Kesalahan
perulangan “reciprocity failure” sebesar 0.01 s
· Pengujian
ini yang terpenting adalah waktu yang diperlukan untuk pembentukan kurva.
2. Intensity
Scale Sensitometry :
- dengan menggunakan step wedge/penetrometer
- dengan sensitometer
Pada
Intensity Scale Sensitometer ada 3 cara yaitu :
1. Dengan X-ray
dengan variasi intensitas sebagai berikut
v Tegangan tabung (kV) dan jarak (FFD) konstan
v Variasi nilai arus tabung ( waktu (s) tetap, variasi arus
tabung / mA).
v Biasanya dibentuk oleh variasi tinggi tabung (tube) dalam kaitan antara
film dengan hukum kuadarat jarak terbalik ( inverse square law)
v Membutuhkan ketelitian/akurasi pada pengontrol sinar-X (X-ray set),
perhitungan dan pengukuran.
2. Dengan
menggunakan step wedge
v Disiapkan
stepwedge/penetrometer
v Dieksposi
dengan cara menempatkan stepwedge dan tercover keseluruhan bagian
dari stepwedge
v Faktor
eksposi yang meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung dan waktu (mAs)
disesuaikan dengan kombinasi film-screen yang digunakan.
v Hasil
pengukuran densitas dengan menggunakan densitometer dicatat dan plotting kurva
Keuntungan :
ð Penetrometer
dapat membuat sejumlah step, sehingga kurva karakteristik yang didapat bisa
lebih akurat
ð Penetrometer
dapat digunakan kembali
ð Ini dapat
digunakan pada kombinasi screen-film yang berbeda
ð Waktunya
diketahui
ð Memungkinkan
memproses film dengan densitas rendah masuk pertama kali pada processor.
Kerugian :
ð Kurva
karakteristik film yang dihasilkan hanya untuk tegangan tabung (kV) tertentu.
3. Dengan menggunakan sensitometri
Keuntungan :
ð Cepat dan mudah digunakan
ð Dapat digunakan pada kombinasi film-screen yang berbeda
ð Pemrosesan film pada interval waktu yang sudah diketahui
ð Memungkinkan pemrosesan film dengan densitas yang rendah masuk pada
processor pertama kali
Kerugian :
ð Harga alat
mahal
PERSIAPAN ALAT
Metode Time
Scale Sensitrometry
ð Pesawat sinar X
ð Film ukuran 24 x 30 cm plus kaset
ð Timbal penutup lapangan penyinaran
ð Densitometer
ð Processing
ð Kertas dan alat tulis
Metode
Intensity Scale Sensitometri
Dengan menggunakan stepwedge
ð Pesawat sinar X
ð Stepwedge
ð Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
ð Processing
ð Kertas dan bolpoint Koin sbg penanda batas
Dengan menggunakan sensitometer
ð Sensitometer
ð Film ukuran 18 x 24
ð Densitometer
ð Kertas sensitometric data sheet Processing
PROSEDUR PENGUJIAN
Metode Time
Scale Sensitrometry
ð Siapkan kaset ukuran 24 x 30 cm yang telah terisi film.
ð Kaset diletakkan di atas meja pemeriksaan untuk dilakukan eksposi.
ð Buat 10 kali serial eksposi dengan Kv tetap (40) dan mA tetap (100)
sedangkan s berubah. Nilai mAs yang di peroleh
adalah 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 100, 200, dan 300.
ð Setiap kali eksposi, lebar lapangan diatur berkisar 1-3 cm dam dibuat
berurutan dari 1-10.
ð Setelah kesepuluh ekspose kemudian dibuat satu kali ekspose dengan film
ditutup timbal, sehingga akan dihasilkan 11 serial ekposi.
ð Film dicuci secara standar, suhu dan waktu eksposi dicatat.
ð Setelah kering hasil dari masing-masing eksposi diukur densitasnya dengan
densitometer.
ð Basic fog diukur pada daerah film yang dieksposi yang ditutup timbale.
ð Setelah itu dibuat tabel tentang eksposi, densitas yang dihasilkan dan
nilai lognya.
ð Plotting kurva pada kertas millimeter atau sensitometric data sheet
berdasarkan hasil pengukuran di atas.
ð Kemudian dibuat kurva, sumbu vertikal adalah densitas dan sumbu horizontal
adalah log relative eksposure.
Metode Intensity Scale Sensitometri
Dengan menggunakan stepwedge
ð Siapkan kaset 24 x 30 yang telah terisi film.
ð Letakkan stepwedge diatas kaset.
ð Atur sentrasi pada pertengahan stepwedge.
ð Luas lapangan diatur secukupnya.
ð Buat 4 kali exposi dengan kV tetap(45) dan mAs berubah yaitu 4,8,12,16.
ð Tiap kali exposi, daerah yang tidak ingin terkena exposi ditutup luth
timbal.
ð Setelah selesai, film diproses dalam kamar gelap.
ð Setelah kering, film diukur densitasnya dengan densitometer.
ð Buat tabel seperti diatas, sumbu vertikal merupakan densitas dan sumbu
horizontal menunjukkan step.
ð Plotting kurva.
Dengan menggunakan sensitometer
ð Proses dengan sensitometer dilakakukan di kamar gelap.
ð Keadaan dikamar gelap benar-benar gelap atau lampu pengaman safety light
dimatikan.
ð Ambil selembar film, kemudian film tersebut dieksposi dengan menggunakan
sensitometer.
ð Kemudian film dicuci dengan suhu dan waktu standar.
ð Setelah kering dicatat densitas masing-masing step (2x).
ð Plotting kurva karakteristik dengan sensitometric data sheet.
Gambar Sensitometer
Gambar Densitometer
Gambar
Step Wedge
Dalam sensitometri dikenal 2 (dua) metode, yaitu sebagai berikut :
1. X-ray Sensitometry adalah metode
mengukur karakteristik respon film yang diekspose dengan menggunakan sinar-X
(X-ray)
2. Light Sensitometry adalah metode
mengukur karakteristik respon film yang diekspose dengan cahaya tampak (light)
Fungsi sensitometri adalah:
· Menilai speed relatif dari film sinar-x, misalnya menggunakan screen
film atau tidak, sebagai koreksi terhadap eksposi.
· Untuk menilai karakteristk film pada kondisi tertentu.
· Untuk mengevaluasi teknik faktor eksposi, dan intensifying
screen
Aplikasi Sensitometry
ð Untuk
rancangan atau penelitian bahan fotosensitif, intensifying screen, dan
pengolahan bahan kimia
ð Untuk
pengendalian mutu dalam pembuatan bahan fotosensitif
ð Untuk
mengontrol pengolahan bahan kimia di automatic
processing
ð Sebagai
evaluasi pengolahan, paparan, dll, dari bahan fotosensitif
Sensitometric Prosedur
Eksposur------development-------pengukurandensitas-------pembuatankurvakarakteristik-------perhitungan nilai karakteristik------evaluasi
Jenis-Jenis Sensitometry
1)
Photosensitometry
eksposur dibuat dengan menggunakan filter yang memiliki panjang gelombang yang bisa dikirim mirip dengan bentuk cahaya yang dipancarkan, sebenarnya sumber cahaya yang digunakan (fosfor). pemaparan mungkin dikendalikan dengan wedge optical lulus pada kepadatan.
Film single emulsi ................ salah satu sisi film terkena cahaya
Film double emulsi ................ kedua sisi film terkena cahaya.
Photosensitometry memungkinkan untuk mendapatkan sensitivitas mutlak dari film sejak eksposur adalah yang diwakili secara kuantitatif, hal ini juga cocok untuk mengontrol pembuatan film dan pengolahan bahan kimia di automatic processing karena sangat baik untuk mereproduksi kondisi eksposur.
eksposur dibuat dengan menggunakan filter yang memiliki panjang gelombang yang bisa dikirim mirip dengan bentuk cahaya yang dipancarkan, sebenarnya sumber cahaya yang digunakan (fosfor). pemaparan mungkin dikendalikan dengan wedge optical lulus pada kepadatan.
Film single emulsi ................ salah satu sisi film terkena cahaya
Film double emulsi ................ kedua sisi film terkena cahaya.
Photosensitometry memungkinkan untuk mendapatkan sensitivitas mutlak dari film sejak eksposur adalah yang diwakili secara kuantitatif, hal ini juga cocok untuk mengontrol pembuatan film dan pengolahan bahan kimia di automatic processing karena sangat baik untuk mereproduksi kondisi eksposur.
2)
Sinar-X Sensitometry
Paparan untuk X-ray sensitometry dilakukan melalui sistem sinar-X yang sebenarnya (screen dengan film).
Paparan untuk X-ray sensitometry dilakukan melalui sistem sinar-X yang sebenarnya (screen dengan film).
Metode intensitas :
·
Metode jarak
.......... paparan
disesuaikan dengan
mengubah jarak sumber
cahaya-ke-film
· Metode
wedge ............
paparan disesuaikan
dengan mengubah
ketebalan subjek.
Metode
skala waktu: paparan
disesuaikan dengan
mengubah waktu
Sinar-X sensitometry cocok untuk evaluasi sistem screen / film semakin meningkat, dengan pengecualian bahwa metode wedge tidak cocok karena kualitas radiasi bervariasi dengan ketebalan subjek.
Sinar-X sensitometry cocok untuk evaluasi sistem screen / film semakin meningkat, dengan pengecualian bahwa metode wedge tidak cocok karena kualitas radiasi bervariasi dengan ketebalan subjek.
3)
Karakteristik Kurva
Kurva
karakteristik film fotografi adalah grafik digambar dengan sumbu absis
merupakan logaritma dari paparan (log E) dan dengan sumbu ordinat dari data
kualitatif yang mewakili densitas. Hampir semua jenis film membentuk huruf S
pada kurva karakteristik.
DAFTAR PUSTAKA
KONICA.
2000. MEDICAL IMAGING TECHNOLOGY.
INTRODUCTION TO 15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar